Cara Investasi Saham Meski Gaji Pas-Pasan, Bisa Mulai dari Rp100 Ribu!
Masih banyak orang yang beranggapan bahwa investasi saham adalah aktivitas yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki penghasilan tinggi atau status ekonomi mapan. Tidak sedikit pula yang merasa minder atau takut memulai, karena mengira butuh modal jutaan rupiah untuk bisa terjun ke dunia pasar modal. Padahal, faktanya kini investasi saham bisa dilakukan dengan modal yang sangat terjangkau bahkan mulai dari hanya Rp100 ribu saja!
Kemajuan teknologi di era digital seperti sekarang telah membuka banyak peluang, termasuk dalam hal akses terhadap instrumen keuangan. Berkat kehadiran berbagai platform dan aplikasi investasi yang user-friendly, siapa pun bisa mulai belajar dan mencoba berinvestasi, tanpa perlu khawatir soal jumlah gaji atau latar belakang pendidikan keuangan. Termasuk kamu yang saat ini merasa penghasilan masih pas-pasan, namun memiliki niat besar untuk memperbaiki kondisi finansial di masa depan.
Melalui artikel ini, kita akan membahas secara lengkap cara investasi saham, khususnya bagi pemula dengan keterbatasan penghasilan. Tujuannya bukan sekadar tahu, tapi benar-benar bisa mulai membangun kebiasaan positif dalam mengelola uang, menanamkan mindset jangka panjang, dan menciptakan masa depan keuangan yang lebih cerah dan stabil langkah demi langkah, mulai dari nominal kecil.
Apa Itu Investasi Saham?
Investasi saham merupakan salah satu bentuk kegiatan finansial di mana seseorang membeli sebagian kepemilikan dari sebuah perusahaan yang telah go public (terdaftar di bursa saham). Saat kamu membeli saham, secara sederhana kamu sedang membeli "sepotong" dari perusahaan tersebut. Meskipun jumlahnya kecil, kamu tetap berstatus sebagai pemilik resmi dan sah dari perusahaan itu, bersama ribuan atau bahkan jutaan pemegang saham lainnya.
Hal ini tentu berbeda dengan menabung di bank. Jika menabung hanya menyimpan uang tanpa pertumbuhan signifikan, maka investasi saham memberikan peluang pertumbuhan nilai yang jauh lebih besar. Keuntungan dari investasi saham sendiri dapat diperoleh melalui dua jalur utama:
- Capital gain – Artinya, kamu mendapat selisih untung jika menjual saham ketika nilainya lebih tinggi dari saat kamu membelinya.
- Dividen – yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham, biasanya dilakukan secara rutin (misalnya tiap tahun), sebagai bentuk apresiasi atas kepemilikan mereka.
Mitos vs Fakta: Investasi Saham Harus Kaya?
Mitos yang masih sering dipercaya banyak orang adalah bahwa untuk bisa membeli saham, seseorang harus memiliki modal besar, bahkan hingga jutaan rupiah. Akibatnya, banyak yang merasa investasi saham bukanlah untuk mereka yang bergaji kecil atau masih pemula.
Padahal, faktanya kini sudah banyak aplikasi investasi yang memungkinkan siapa saja membeli saham hanya dengan modal mulai dari Rp100 ribu, bahkan ada yang bisa dimulai dengan nominal lebih kecil. Kemajuan teknologi dan inklusi finansial telah membuka pintu yang lebih luas bagi masyarakat umum untuk ikut serta dalam dunia pasar modal.
Dengan hadirnya berbagai platform investasi digital seperti Ajaib, Bibit, Stockbit, dan IndoPremier, proses investasi menjadi jauh lebih mudah dan terjangkau. Cukup menggunakan smartphone, kamu sudah bisa membuka akun, memilih saham, dan mulai berinvestasi tanpa perlu datang ke kantor sekuritas atau menghadapi proses yang rumit. Kini, investasi saham bukan lagi soal besar kecilnya gaji, tapi soal niat dan konsistensi.
Langkah-Langkah Cara Investasi Saham dengan Gaji Pas-Pasan
1. Atur Keuangan dan Sisihkan Dana Investasi
Langkah pertama yang wajib dilakukan sebelum terjun ke dunia investasi saham adalah mengatur keuangan pribadi secara bijak dan terstruktur. Tanpa perencanaan keuangan yang baik, investasi bisa jadi berisiko dan malah membebani kondisi keuanganmu.
Kamu bisa mulai dengan membagi penghasilan bulanan menggunakan metode yang sederhana namun efektif, seperti:
- Metode 70/20/10, yaitu 70% dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti makan, transportasi, dan tagihan bulanan; 20% untuk tabungan atau investasi; dan 10% untuk hiburan, gaya hidup, atau donasi.
- Atau, bisa juga menggunakan metode 50/30/20, yang banyak dianjurkan oleh para ahli keuangan modern: 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan/investasi.
Intinya, pastikan ada alokasi khusus setiap bulan untuk mulai berinvestasi, meskipun kecil. Cukup sisihkan minimal Rp100 ribu per bulan, dan lakukan secara konsisten. Ingat, nominal kecil yang dilakukan rutin jauh lebih baik daripada menunggu punya uang besar tapi tidak pernah mulai.
2. Pilih Aplikasi Investasi yang Terpercaya dan Legal
Setelah kamu siap menyisihkan dana, langkah selanjutnya adalah memilih platform atau aplikasi investasi yang terpercaya, aman, dan mudah digunakan, terutama bagi pemula. Pastikan aplikasi yang kamu pilih sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) agar terhindar dari penipuan dan risiko hukum.
Berikut ini adalah sejumlah aplikasi investasi saham yang banyak digunakan dan direkomendasikan untuk pemula:
- Ajaib – tanpa minimal deposit, cocok untuk pemula, tampilan antarmuka ramah pengguna, serta dilengkapi dengan konten edukatif.
- Bibit – lebih fokus ke reksa dana, namun tersedia juga fitur saham. Cocok untuk kamu yang ingin mulai dari investasi pasif terlebih dahulu.
- Stockbit – Ada fitur simulasi investasi, forum diskusi, serta analisis pasar yang membantu pemula belajar sambil praktik langsung.
- IndoPremier (IPOT) – platform yang sudah lama berdiri, menyediakan akses ke saham, reksa dana, dan obligasi tanpa minimal deposit.
Sebelum mendaftar, luangkan waktu untuk membaca syarat & ketentuan, biaya transaksi, dan fitur yang ditawarkan oleh masing-masing aplikasi agar kamu bisa memilih yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.
3. Mulai dari Saham Blue Chip atau Reksa Dana Saham
Bagi kamu yang baru memulai dan masih belajar, sangat disarankan untuk tidak langsung membeli saham yang terlalu fluktuatif atau spekulatif. Disarankan untuk memulai dari instrumen yang cenderung memiliki risiko lebih rendah, seperti:
- Saham Blue Chip: Ini adalah saham dari perusahaan besar yang sudah terbukti stabil dan menguntungkan dalam jangka panjang. Contohnya adalah saham BCA (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM), atau Unilever (UNVR). Meski pertumbuhannya tidak secepat saham gorengan, saham jenis ini lebih cocok untuk pemula karena risikonya lebih rendah.
- Reksa Dana Saham: Jika kamu belum percaya diri memilih saham sendiri, kamu bisa mulai dari reksa dana saham. Di sini, manajer investasi akan mengelola portofoliomu, sehingga kamu tinggal setor dana secara rutin tanpa harus memilih saham satu per satu.
4. Pelajari Dasar-Dasar Investasi Saham Sebelum Beli
Jangan terburu-buru membeli saham hanya karena ikut-ikutan atau tergoda rekomendasi di media sosial. Sebagai investor pemula, kamu wajib memahami dasar-dasar analisis saham agar keputusanmu tidak didasarkan pada emosi atau asumsi.
Beberapa hal penting yang perlu kamu pelajari:
- Analisis fundamental: Fokus pada kinerja dan kesehatan keuangan perusahaan, laporan keuangan, prospek bisnis, hingga manajemen perusahaan.
- Analisis teknikal: Menggunakan grafik harga, volume perdagangan, dan tren pasar untuk memprediksi pergerakan harga saham.
Kamu tidak perlu ikut kelas mahal. Banyak sumber belajar yang bisa kamu akses secara gratis, seperti:
- Channel YouTube edukatif seperti ZAP Finance, Saham Rakyat, Rivan Kurniawan, dll.
- Situs web dan blog yang secara khusus membahas topik saham untuk pemula.
- Kamu bisa mulai belajar dari buku-buku klasik seperti “The Intelligent Investor” oleh Benjamin Graham atau “Rich Dad Poor Dad” yang ditulis oleh Robert Kiyosaki keduanya sangat cocok untuk pemula.
5. Disiplin dan Konsisten Meski Nominal Kecil
Dalam dunia investasi, kunci utamanya bukan seberapa besar modal awalmu, tapi seberapa konsisten kamu menjalankan investasi tersebut. Jangan minder kalau baru bisa mulai dari Rp100 ribu per bulan yang penting adalah kamu membentuk kebiasaan finansial yang baik sejak dini.
Terapkan strategi yang dikenal sebagai Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu membeli saham dalam jumlah dan waktu yang sama secara berkala. Strategi ini membantu mengurangi risiko karena kamu membeli di berbagai kondisi pasar, bukan hanya saat harga tinggi.
Ingat, harga saham bisa naik-turun dalam jangka pendek. Tapi kalau kamu disiplin dan sabar, potensi pertumbuhan jangka panjang akan jauh lebih menjanjikan. Jadi, jangan panik saat harga turun tetaplah konsisten berinvestasi dan terus belajar.
Simulasi: Investasi Rp100 Ribu per Bulan Selama 3 Tahun
Sebagai gambaran nyata betapa investasi kecil pun bisa berdampak besar dalam jangka panjang, mari kita lihat simulasi berikut:
Misalnya, kamu berkomitmen untuk rutin menyisihkan dana sebesar Rp100 ribu setiap bulan dan menginvestasikannya ke saham atau reksa dana saham yang mampu memberikan rata-rata imbal hasil sebesar 15% per tahun.
Dalam periode 3 tahun, total dana yang kamu setorkan secara konsisten akan berjumlah:
- Total modal: Rp100.000 x 36 bulan = Rp3.600.000
Dengan asumsi pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 15%, maka di akhir tahun ketiga, nilai total investasimu bisa berkembang menjadi sekitar:
- Estimasi nilai akhir: ± Rp4.600.000
Tentu saja, angka ini merupakan simulasi dan bisa berubah tergantung kondisi pasar. Namun yang perlu digarisbawahi adalah, dengan nominal kecil tapi konsisten, uangmu tidak hanya aman, tapi juga berpotensi tumbuh seiring waktu. Ini membuktikan bahwa investasi bukan soal besar-kecilnya modal, melainkan soal komitmen dan kesabaran.
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Pemula
1. Membeli Saham Tanpa Riset Terlebih Dahulu
Banyak pemula langsung membeli saham hanya karena melihat harganya murah atau karena ada yang merekomendasikan. Padahal, tanpa riset yang matang terhadap kinerja perusahaan, sektor industrinya, dan prospek jangka panjang, keputusan seperti ini sangat berisiko dan bisa menyebabkan kerugian.
2. Terlalu Fokus pada Keuntungan yang Cepat
Tidak sedikit orang yang ingin mendapatkan untung besar dalam waktu singkat. Akibatnya, mereka cenderung berspekulasi dan tidak berpikir panjang. Padahal, investasi saham idealnya dilakukan dengan mindset jangka panjang agar hasilnya lebih stabil dan minim stres.
Ikut-Ikutan Membeli Saham yang Sedang “Hype”
Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) sering membuat investor pemula ikut-ikutan membeli saham yang sedang viral, tanpa memahami latar belakang perusahaan tersebut. Sayangnya, ketika euforia pasar hilang, harga saham bisa turun drastis dan menyebabkan kerugian besar.
Tidak Menyiapkan Dana Darurat Sebelum Berinvestasi
Investasi saham memiliki risiko, dan dana yang ditanam bisa berkurang nilainya dalam waktu tertentu. Karena itu, sangat penting untuk memiliki dana darurat yang bisa digunakan sewaktu-waktu jika terjadi hal tak terduga, tanpa perlu mencairkan investasi dalam kondisi rugi.
Menaruh Semua Uang di Satu Jenis Saham
Menginvestasikan seluruh dana hanya pada satu saham merupakan langkah yang sangat berisiko. Jika perusahaan tersebut menghadapi masalah, maka seluruh nilai investasimu bisa ikut tergerus. Karena itu, penting untuk melakukan diversifikasi menyebar investasi ke beberapa saham atau instrumen berbeda untuk mengurangi risiko.
- Ingat:
Investasi bukanlah jalan pintas untuk menjadi kaya mendadak. Ia adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan pengetahuan, kesabaran, dan disiplin. Semakin cepat kamu belajar dan melangkah dengan bijak, semakin baik hasil yang akan kamu dapatkan di masa depan
Kesimpulan
Jangan menunda investasi hanya karena merasa gaji masih kecil. Banyak orang berpikir bahwa mereka harus menunggu penghasilan meningkat terlebih dahulu untuk bisa mulai berinvestasi. Padahal, justru saat gaji masih pas-pasan inilah momen yang paling tepat untuk belajar mengelola keuangan secara bijak dan mulai membangun pondasi kekayaan sejak dini.
Dengan menyisihkan hanya Rp100 ribu per bulan jumlah yang mungkin setara dengan biaya nongkrong sekali atau langganan streaming kamu sudah bisa memulai perjalanan investasimu di pasar saham. Nominalnya memang kecil, tetapi dampaknya bisa sangat besar jika dilakukan secara konsisten dan terus ditingkatkan seiring waktu.
Kuncinya bukan terletak pada seberapa besar uang yang kamu miliki sekarang, tetapi pada kemauan untuk memulai, terus belajar, dan membangun kebiasaan investasi yang sehat sejak awal. Jangan remehkan langkah kecil yang kamu ambil hari ini bisa jadi itulah awal dari pencapaian besar di masa depan. Maka, mulailah sekarang juga karena waktu adalah sekutu terbaikmu dalam berinvestasi.